/* Whatsapp css setting */ .tist{background:#35BA47; color:#fff; padding:2px 6px; border-radius:3px;} a.tist:hover{color:#fff !important;

Tuesday 26 May 2015

Belajar di Austria dengan Dosen Indonesia?

by Rafika Nurulhuda


Hallo!
Happy Spring! ... or Summer? :)


Apa kabar Klagenfurt? Sudah lama ya tidak dengar kabar dari kota kecil ini. Kami baik-baik saja, dan sedang sangat, sangat (I repeat, sangat) sibuk dengan studinya masing-masing. 

Tapi karena suasana AAU (Alpen-Adria-Universität) Klagenfurt sangat nyaman dan sangat dekat dengan danau Wörthersee...




...dan juga dikelilingi oleh indahnya alam, dengan bersepedaan dan menyapa bebek-bebek di danau, penat kami pun blasss hilang. (Yes, I am a little bit exaggerating.)

(Btw, 'kami' itu sebenarnya hanya saya dan teman saya yang sedang Phd, hehe. Yup, there are only two Indonesians in this university!)

Teman saya ini bernama Zulaicha Parastuty, seorang mahasiswi Phd dari program Innovations Management and Entrepreneurship. Biasa dipanggil Ika. (Jika Anda di bawah 30 tahun, panggilnya 'mbak Ika'. Kalau saya sih panggilnya 'tante Ika', karena saya jauh lebih muda darinya--kidding, mbak!)

Phd student, dosen, and a mother of 2. Perempuan ini memiliki semangat dan kecerdasaan--dan tentunya awet muda ;)

Minggu itu, ketika saya sedang mengambil course tentang Entrepreneurship, tiba-tiba saya dapat WhatsApp message dari mbak Ika: 'Rafika, aku ngajar jam 18.00.'

Sudah lama saya ingin melihatnya ngajar. Dan kebetulan topiknya sama dengan yg saya pelajari saat itu, jadi lumayanlah untuk lebih memperdalam. Walaupun telat karena baru selesai kelas, saya tetap masuk ruang kelasnya...

Saya duduk di row paling depan dan langsung amazed ketika ia mulai berbicara di depan kelas. I thought to myself, "Wow, this woman is really born to be a researcher, and a teacher."




Mbak Ika suka cerita tentang pengalaman-pengalamannya selama menjadi researcher, and I could never imagine myself in her position, so it must be something that she is really passionate about. Plus, dia semangat banget ngajarnya... Suara kerasnya lebih cocok untuk ngajar di lecture hall yang besar tanpa mic (trust me), dan dress code nya pun sengaja dipakai sebagai salah satu topik di lecturenya... thumbs up deh..

Ini jujur loh ya, bukan karena she's my friend, hehe. Bahkan, pada akhir kelas, mbak Ika minta masukan dari murid-muridnya tentang pelajarannya dan apakah ada yang perlu diperbaiki dari cara mengajarnya. Dan sepertinya hampir semuanya suka dengan cara ngajarnya, karena dia sangat enthusiastic... yang tadinya ngantuk, langsung bangun deh, apalagi waktu itu cuaca sedang mendung, enaknya tidur dalam kelas, hehe. Tapi di lecture mbak Ika, everybody has to listen.. not only because she has a loud voice, but also because the topic is interesting, yaitu Entrepreneurship.



Jujur, dulu saya dengar kata 'entrepreneurship' aja enggak suka. First, it's hard to pronounce. Second, it's hard to spell. Jadi dulu saya pikir, apaan sih...
Tapi, topik ini ternyata sangat menarik. 

Basically, menurut Wikipedia:
"Entrepreneurship is the process of starting a business or other organization. The entrepreneur develops a business plan, acquires the human and other required resources, and is fully responsible for its success or failure."

Kalau kita bicara entrepreneurship dari scratch (making a completely new business), proses ini dimulai dengan identifying, seeking, and exploiting an (business) opportunity. Pertanyaan-pertanyaan seperti, apa yang orang-orang butuhkan sekarang ini, yang bisa saya ambil kesempatannya? Find a gap in the market and try to fill it. Atau, kita bisa tanya diri sendiri, saya butuh teknologi apa atau benda apa yang bisa mempermudah hidup saya? Kemudian dibuatlah business modelnya (tentukan produk atau service apa yang ingin dibuat, apa yang membuat produk ini memiliki nilai lebih dari produk lain, target marketnya siapa, sumber dana, distribution and promotoion channel). Menurutku, seorang entrepreneur (baik yang sukses maupun tidak) itu dari awalnya sudah hebat: mereka berani mengambil resiko. There are always risks and uncertainties. 

Dan kenapa belajar entrepreneurship? Well, selain untuk menambah pengetahuan di bidang lain, siapa tahu ternyata kita jadi punya keingingan dan skills untuk membuat business dan membuka lapangan kerja. Isn't it nice if we are the ones making a job rather than finding a job? :)

Mungkin, pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana proses entrepreneurship?
Ada dua cara: causation (planning) vs effectuation (improvising). 

Screenshot ini saya ambil dari slide professor saya, Robert Breitenecker:


Intinya, cara causation (planning) berawal dari rencana dan tujuan yang pasti, kemudian means dan resources mengikuti. Dan effectuation (improvising) dimulai dengan melihat means (who am I? what  do I know? whom do I know? what do I have?) dan terbuka dengan ide-ide baru. 

Untuk memperjelas, mbak Ika memberikan contoh sederhana, "Coba, kamu pikirkan, kamu nanti malam mau makan apa?"

Jika Anda berkata, "Saya mau makan pizza."
Dan saya menjawab, "Saya ada pizza di freezer, jadi saya akan makan pizza juga."
Kemudian mbak Ika menambahkan, "Tapi ternyata kalian enggak punya pizza. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Ah, saya akan ke supermarket dan beli pizza," Anda bersikeras, sambil mengerutkan alis.
"Oh, ya udah, saya akan lihat ada apa saja di kulkas, ya itu dinner saya," saya jawab dengan muka melas.

So, it was a simple example that you use the causation (planning) theory karena Anda memiliki target and you do anything to get it, dan saya menggunakan effectuation theory karena saya lebih memanfaatkan apa yang saya punya dari awal dan terbuka dengan hal baru. Understood? Stood...


Lebih tepatnya, mbak Ika mengajar course 'International Innovation Management and Entrepreneurship' untuk bachelor students. Karena ada kata 'international' nya, inilah kesempatan mbak Ika untuk memperkenalkan Indonesia. 

Untuk tema 'from local heritage, science to global taste', mbak Ika ber pose di depan kelas, "First, I want to ask you, what do you think about what I'm wearing today? Do you see anything different? Interesting?"

She goes on to explain that what she was wearing is a traditional clothing from Indonesia, with a design art called batik but a bit modernized. And interestingly, the drawings are mathematically designed.

"So this is a combination of art, science, and technology, which you will see in this video."

Happy watching, and hopefully you'll be inspired to become an entrepreneur :)


1 comment:

  1. 1 dari 3 dosen penguji waktu sidang Tugas Akhir dulu...

    ReplyDelete